Skripsi

The Effect of Continuous Systemic Hypoxia on Glutathione Level in Rat Heart Tissue = Pengaruh hipoksia sistemik berkelanjutan terhadap kadar glutation pada jaringan jantung tikus.

Introduction: Heart is an organ which the aerobic energy metabolism of it needs oxygen as a final electron for the needs of ATP production. In hypoxic condition, the electron flow is interrupted; causing free radicals formation leading to oxidative stress and potentially causes tissue damage. Glutathione (GSH) works as an endogenous antioxidant to counteract free radicals, thus preventing tissue damage. This study aimed to analyze the correlation between hypoxia within 1, 3, 5, and 7 days with GSH levels in the heart tissue. Method: The heart sample of was obtained from male SpragueDawley (6 – 8 weeks old) that has been exposed to normoxic condition as the control, and continuous systemic hypoxia within 1, 3, 5, and 7 days. The GSH level was then measured and analyzed using ANOVA. Results: The result of this study depicted that continuous systemic hypoxia exposure of 1, 3, 5, and 7 days showed no significant differences to the GSH level of the heart tissue (p > 0.05). The lowest GSH level was found on day 3 (1.395 ng/mg protein). Conclusion: Continuous systemic hypoxia in this study showed no influence in GSH level in the heart tissue.
Key words: continuous systemic hypoxia, glutathione, GSH, heart



Pendahuluan: Jantung adalah organ yang metabolisme energinya bersifat aerobik dan mutlak memerlukan oksigen sebagai akseptor elektron terakhir dalam pembentukan ATP. Pada keadaan hipoksia, terjadi pembentukan radikal bebas akibat terganggunya aliran elektron yang kemudian mengakibatkan stres oksidatif sehingga menyebabkan kerusakan jaringan. Glutation (GSH) merupakan antioksidan endogen yang dapat menangkal radikal bebas sehingga mencegah kerusakan jaringan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh hipoksia sistemik selama 1, 3, 5, dan 7 hari terhadap kadar GSH jaringan jantung. Metodologi: Jaringan jantung berasal dari tikus Sprague-Dawley jantan (usia 6 – 8 minggu) yang telah terpapar kondisi normoksik sebagai kontrol, dan kondisi hipoksia sistemik berkelanjutan selama 1, 3, 5, dan 7 hari. Kadar GSH kemudian diukur dan dianalisa menggunakan ANOVA. Hasil: Hasil penelitian menunjukkan bahwa hipoksia sistemik berkelanjutan selama 1, 3, 5, dan 7 hari tidak menunjukkan perbedaan bermakna kadar GSH jaringan jantung (p > 0.05). Kadar GSH terendah yang ditemukan pada hari 3 (1.395 ng/mg protein). Kesimpulan: Hipoksia sistemik berkelanjutan pada penelitian in tidak berpengaruh terhadap kadar GSH jaringan jantung.
Kata kunci: hipoksia sistemik berkelanjutan, glutation, GSH, jantung

Judul Seri
-
Tahun Terbit
2016
Pengarang

Nindyasari Laksmita Putri - Nama Orang
Sri Widia A. Jusman - Nama Orang

No. Panggil
S16022FK
Penerbit
Jakarta : Program Pendidikan Dokter Umum S1 KKI.,
Deskripsi Fisik
xii, 33 hlm., 21cm x 30cm
Bahasa
English
ISBN/ISSN
-
Klasifikasi
S16022FK
Edisi
-
Subjek
Info Detail Spesifik
-
S16022FKS16022FKPerpustakaan FKUITersedia
Image of The Effect of Continuous Systemic Hypoxia on Glutathione Level in Rat Heart Tissue = Pengaruh hipoksia sistemik berkelanjutan terhadap kadar glutation pada jaringan jantung tikus.

Related Collection